KISAH NABI ISA A.S.
Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di
sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam.
Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun
mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau
harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan
khusyuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke
atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya
lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan
di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon
mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di
luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab
dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga
para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin
bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat
yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari
terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di
tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat
perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa
mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian
dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang
gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan
yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan
kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa
Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya
penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para
malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama
orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau
meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah
SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat.
Maryam merasakan bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya.
Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu
semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah bangkit
sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di
sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian
datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya.
Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau
membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak jauh
dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu
jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya.
Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk
melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon
mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian
ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang
pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi.
Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau
mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam
merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia
menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun.
Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan
suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan
orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang
asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di
mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua
matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu
justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu
mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh
orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam
bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan-
akan orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam
kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya
suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab
salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya
kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan
bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat
itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya
matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api.
Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di
kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau
begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah
berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta.
Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam
memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa
yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang
yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu
telah mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah
datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam
ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh
seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun,
maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Fikiran-
fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata
kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus
(ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah
Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu?
Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa
diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa
perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan;
biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah
SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan
pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-
Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di
dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang
soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum
mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan
ia mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat
ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan
mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan
udara yang bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya oleh
Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak
sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah
pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil.
Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia
tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam
merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian
yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia
menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian
cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang
akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang diletakkan pada
Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi
yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu
Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat
terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang
sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai
mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana
kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan
malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya,
bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak.
Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang
banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian
ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan
Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan
kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa
berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan
perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang
ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam
tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya
secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa
bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat
sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang
dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh
seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh
seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia
akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup.
Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan
tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di
bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan
sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya,
Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum
ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam:
23)
Rasa sakit
saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan
menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka
mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis
perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan
anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan
keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia
kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi
dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan
dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan,
minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka
katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari
ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam
melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan
rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia
berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang;
anak itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta
padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya
sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya
sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berfikir
tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia
berkata kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan
tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam
melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat
tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya,
ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak
itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa
ia datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk
memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang
besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang
masih muda dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya
dengan penuh kasih sayang.
Saat itu,
Maryam merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan
kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa.
Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya,
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka
terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di antara
mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah
memberinya seseorang anak.
Akhirnya,
masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya.
Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan
yang dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan
jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil
yang didakapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih
perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu
adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya,
orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak
siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang
anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau
adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam:
28)
Maryam
dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu
mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa
perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan,
bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah
ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua
tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya
dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan
keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia
menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk
Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka
memahami bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar
bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari?
Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada
Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih
dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata
Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab
(injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam:
30-33)
Belum
sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari
kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi
di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak
kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah
SWT telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa
kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka
melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau
pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para
pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan datang
kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti
mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini
berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara
ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai
perbezaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para
pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di
masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan
yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka
menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa
buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk
beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim
Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi
dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta
banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan
meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang
anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di
buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap
kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia
memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para
pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk
dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah
mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di
buaiannya?"
Salah
seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami
telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat
mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku
untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi
kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata
raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga orang
dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala
di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang
membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim
berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang
diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak
mengetahuinya kerana orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang
pun menemukan mereka."
Hakim
berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita
anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim
melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara
dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan
aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang
lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh." Lalu
kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan
orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh
kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian
tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan
kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak
buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan
masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak
peduli dengan kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang difikirkannya
adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan
untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini.
Para pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama
orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara
kepadamu tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu
berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus
berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil
yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan
menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?"
Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa
jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli
dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli
sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta."
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa
seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya,
maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia
mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus
berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang
penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang
mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan
menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu
pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita
ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan
tahun."
Heradus
berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang,
apakah kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu
yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu
berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan
ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat
biasa."
Heradus
berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa
selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar
berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada
isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir, bagaimana
seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua
matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai berbohong.
Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang?
Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak
diketahuinya?
Heradus
berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap
semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula
dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan
membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari
Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya
seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam
kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam
dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa?
Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?"
Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu.
Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin
membunuhmu."
Maryam
bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga.
Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi
yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam
melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan
membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan
kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman.
Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir.
Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya
yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa
as.
Al-Masih
tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah
kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan
Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing
itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki
singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang
yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan
Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun
tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan
menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di
sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api
atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang
bagi seorang wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat
hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang
sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan
berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk
menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari
Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia
sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada
satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat
menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau
mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan
kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam
larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi palsu
di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau memakai
minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil doktor. Dilarang pula
di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk mempertahankan
diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian,
berpergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu ela.
Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar
rumah.
Jadi,
banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan
banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap
timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya.
Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa
di mana secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu,
tetapi secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam
cara.
Meskipun
kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan
mengawasinya dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan, maka kita akan melihat
bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang
memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang
tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan
dengan kepentingan peribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka
untuk mendapatkan mata pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung
mereka. Misalnya, terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari
Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan
walimah di mana mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut
pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua
ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal
tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian
makanan yang berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka
mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan
menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang
mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa
sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain.
Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan
sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk
membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh
lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat
sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa menetapkan
agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua
dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang
sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi
nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk
mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan
kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun
darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya
untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya
oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian tertentu dari
hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil
Mata.
Di
tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat
sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi.
Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus mereka
lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka
menganggap bahawa meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan
terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi.
Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral
mereka telah rosak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada
taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah.
Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian-
pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju
putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua
bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian
kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau
harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari
bulu domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa
memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang beliau berikan kepada
anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan Yahudi
dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa
mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan
luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut
buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api
untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati
kedinginan.
Isa
sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan
mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya
Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada
di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang
memiliki bau yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat
dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat
lampu-lampu yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi
ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang-
orang yang ada di situ.
Nabi Isa
berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan
wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta.
Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai
saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum
Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan
emas. Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka
yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang
bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan
ini. Nabi Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit
daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu
dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat
penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah. Yaitu korban
yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan.
Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan
itu akan menghasilkan wang.
Di
tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai
satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah wang. Jadi,
kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang kerananya manusia
akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara
tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun
dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan
mereka di dalam suatu pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka
dengan terus mencari korban-korban di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan
Farisiun berseteru dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka
berseteru dalam menentukan korban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum
Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan korban itu harus dibeli dari harta
haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahawa harta dari haikal adalah hak
mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap bahawa haiwan korban itu harus dibeli
dengan jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar
haiwan yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun
mereka mengambil haiwan sembelihan ini untuk diri mereka
sendiri.
Di dalam
Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka
yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga
seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang
menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai
seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan
berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari
kepala pendeta.
Nabi Isa
memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir
yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga mereka tidak mampu berkorban;
Nabi Isa melihat bagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka
seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal
di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira
bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu
haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk
dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang
untuk membeli binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu
harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan
dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu?
Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa
wang?
Nabi Isa
pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada
Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar.
Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi
dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat.
Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi
Isa mulai merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana
kehausan lalu ketika ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu
mekar kembali dan mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih
menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan
dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia
meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh
oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari
kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT
memutuskan perintah- Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa
menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan
tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan
serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai
membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan
yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang
memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani.
Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan.
Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang
Yahudi.
Syariat
Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi
sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah
orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu
untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas
hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka
hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi
dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi,
kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau
adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun
syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati
yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa
terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang
dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang
nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata
rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan
kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian
apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas,
tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya dari
Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa
mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang
memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi
sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah
syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia
merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa
ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting.
Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk
meletakkan dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat
yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan
cinta.
Terdapat
banyak binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri
mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman.
Mereka memberikan makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan
binatang adalah perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui
darjat cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak
dapat membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan
hal itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan
kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi
manusia sempurna kecuali setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.
"Aku
mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu
dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh
kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada
pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian."
(Injil Mata).
Dakwah
Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita
berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka
pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian. Al-Masih
mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal dalam
kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme tetapi
idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya untuk
mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular; Al-Masih
mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai puncak yang
diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha sedikit
mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah
Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk
menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku
individu, bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan
kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang
dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak
mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril
menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi
untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan
hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh
kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke
langit?
Hampir
saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa
terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa
yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas
menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau
memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada
suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang
hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga
sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian para nabi yang diutus
oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi
menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai
seribu wanita.
Isa
hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu
Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia
menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup
justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa
tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat
yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih
dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa
dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam
buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari
tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup
padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan
(ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir
yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia:
'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman
dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang
patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa.
Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di
buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang
cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian
meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran
al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa
putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?'
Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang
beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram
hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan
kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka
sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan
kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah:
112-115)
Mukjizat
yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin.
Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau
diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun
beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa
yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu
tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali
'Imran:: 49)
Inilah
mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang
sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat
berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang
lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa
mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa
mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya.
Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan
keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh
dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka
beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar
biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan
zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi,
setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus
di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari
gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di
tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat
istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya
seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan
sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu
memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain
halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang
mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya
sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk
adalah rohnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa
tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan
darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya.
"
Nabi Isa
diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya
mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari
akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang
materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa
terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa
seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa
alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini
sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia
mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir.
Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh
kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan
Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta
alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang
menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya
dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan
menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan
fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita mengamati sebahagian
besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan
tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung
lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun
menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fizik yang tidak
dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam
tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan
fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah
sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau
fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati.
Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh dan adanya hari akhir atau hari
kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya
telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur
lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari
kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana
dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya
kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian.
Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, roh
adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat
hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang
dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian jasad menjadi tanah yang
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil
dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata
kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin
bahawa kiamat fizik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa
hari akhir adalah benar.